Selasa, 20 Maret 2012

Isu Strategis Keperawatan dalam Media Massa

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan Bio-Psiko-Sosio-Spiritual yang komfrehensif, serta ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia berupa bantuan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri. Disamping itu keperawatan juga sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan serta mitra dokter (bukan sebagai pembantu dokter) sudah seharusnya mampu memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal dengan didukung dengan ilmu pengetahuan kesehatan dan tentunya ilmu keperawatan. Sehingga sudah seharusnya seorang perawat itu diacungi jempol dalam kinerjanya, akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya yaitu dapat dilihat dari problematika yang terjadi sekarang ini adalah perawat selalu diiskripsikan sebagai sosok yang centil, sexy, penggoda, bahkan dicerminkan dengan pose yang tidak layak dilakukan oleh seorang perawat. Hal ini merupakan sesuatu yang harus dibenahi mulai dari sekarang ini, tidak lupa pula peran serta dari mahasiswa keperawatan sendiri (Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia) dan tentunya harus didukung penuh oleh organisasi profesi yang menaungi keperawatan di Indonesia yaitu PPNI. Hal ini seharusnya sudah menjadi topik yang mungkin sudah dperbincangkan banyak orang sebelumnya tapi sampai saat ini belum ada gerakan yang pasti dalam menindaklanjuti kondisi yang sudah terlanjur terpublish ke media masa. Media masa merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan dalam proses pencitraan perawat, akan tetapi yang selama ini terlihat yaitu kondisi yang sangat tidak etis untuk ditayangkan oleh media bahkan sangat bertentangan dengan kode etik dalam keperawatan itu sendiri. Maka dari itu harapan untuk selanjutnya yaitu adanya gerakan bersama antara organisasi keperawatan sendiri baik dari ILMIKI maupun PPNI secara terkoordinasi untuk menangani masalah ini secara bersama, agar tidak ada lagi tayangan-tayangan yang menggambarkan hal-hal yang tidak baik dan tidak sesuai dengan perawat, entah itu dari keprofesianya, maupun atribut-atribut yang dikenakan oleh perawat. Oleh karena itu isu starategis tentang pencitraan oleh media masa tetap harus diselsaikan dan diperbaiki mulai dari sekarang.

"Bersama Kita Berbagi"
Direktorat Jenderal Komunikasi dan Informasi
Ikatan lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia

The Irony of Nursing Profession Among National Demands



The Irony of Nursing Profession Among National Demands
By Nikita Dewayani, Nursing Student of University of Indonesia
‘The Winner of Essay Competition 2nd HPEQ International Conference (Nursing)’

Theme : Student’s view on HPE System in Indonesia

According to World Populations Data Sheet 2009, Indonesia is a country with the biggest population among ASEAN countries. Indonesia consists of 243,3 million people. Realize or not, nursing has become the most needed health profession in Indonesia. This statement is proven In Profil Kesehatan Indonesia 2009 noted that as many as.599 people consisting of  410.067 health workers and non-health workers. The health workers consist of 51.805 medical workers, 278.221 nursing workers (184.332 nurses dan dental nurses, 93.889 midwives), 19.953 pharmacies, 28.858 public health workers, 12.762 nutritionist, 2.985 physical therapists dan 15.483 medical technical workers. Those prove that public demands for nursing service are quite high.
In Indonesia, Nursing profession hasn’t had yet  its legal policy (UU) explaining its roles and the range. As we know all that a few months ago, there were told a nurse was accused to do malpractice. Malpractice is the negligence of doctors or nurses to use the level skill and knowledge in treating and caring for patients, commonly used on patients or people who injured according to the size of the mutual environment (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956).This happened in a remote area in Kalimatan. They accuse the nurse because he gave medicines to the patients which should be given by doctors only. In fact, the situation was urgent and needed quick decision in deciding the first action. The cause is only that nurses don’t have its plegal policy to control the range of action. The policy should consist of the field area, roles, responsibilities, and rights. It’s so ironic. In Indonesian health services, nurses hold the most part, but in fact, the salary between doctors and nurses are imbalance. Nurses serve patients comprehensively and visit them frequently. Indeed, the epidemic diseases and disaster occur.
            Nurses are a health profession as well as doctors, dentists, and pharmacies. However, they have specific roles. Nurses have two main roles : The primary role is caring and the secondary role is curing. Nursing emphasizes caring than curing. Before I studied Nursing, in my mindset I used to think that nurses were doctor’s assistant. They did whatever doctors told them. During my study in faculty of nursing, I have been taught about nursing comprehensively. Actually,  They concern on how human feel comfortable and balanced in basic needs. Nursing sees human holistically including biologic, psychologic, and social. In fact, nurses are mostly the closest person to patients. Nurses give services full time.
After attending in this event, I’ve planned to build a community and do our first action. Actually, before I attend in this event, I and my friends from dentistry have made a concept and grand design for our community. Indeed, Ill start by holding health education in poor society which is held after this event. That’s all I do in order to prove that nurses can be the agent of change in community and have the same rights among health professions.

References:
1.Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Profil Kesehatan Indonesia 2008.
2. Mulyati, L.  (2011). “Masa Depan Profesi Keperawatan”  http://www.stikku.ac.id/wp-content/uploads/2011/02/MASA-DEPAN-PROFESI-KEPERAWATAN.pdf (Taken onAugust 15th 2011, at 10 pm).
3. Kasimin. Modul Hukum Kesehatan : Malpraktek Tenaga Keperawatan. Balai Pelatihan kesehatan Salaman Magelang.
4. http://www.lbh-makassar.org/?p=2978 (Taken on August 15th 2011, at 11 pm).

*) Dipublikasikan atas seijin penulis
Direktorat Jenderal Pendidikan dan Penelitian
Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia
2011 – 2013

'Budayakan Membaca dan Menulis' 

Minggu, 18 Maret 2012

Peluang Kerja Perawat tak Hanya di Klinik!!

Sebagian besar calon perawat, dalam hal ini mahasiswa keperawatan banyak berpikir bahwa satu-satunya lahan kerja perawat di Indonesia adalah di Rumah Sakit atau Puskesmas. Sebagian lain berpikir, jika tidak jadi perawat di Rumah Sakit atau Puskesmas, bisa mencoba dunia pendidikan sebagai pengajar di insitusi keperawatan.

Mungkin tidak pernah terbayangkan bahwa sebenarnya peluang kerja perawat sangatlah banyak. Tinggal kita sebagai perawat bisa memilih jalur yang sesuai dengan kompetensi, minat dan bakat kita.

Sebagai gambaran saja bagi para calon perawat maupun yang sudah menjadi perawat, namun masih belum menemukan lahan kerja yang cocok dengan kompetensinya. Beberapa peluang kerja yang dapat diambil oleh perawat misalnya sebagai berikut.
1. Perawat Home Care
yang ini sudah tidak asing lagi mungkin bagi teman-teman. Ya, pelayanan Home Care belakangan ini sedang menjamur di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia.
2. Perawat Kesehatan Kerja (Occupational Health Nurse)
pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak terlepas dari munculnya berbagai perusahaan-perusahaan besar yang mampu meningkatkan pendapatan negara. Perusahaan-perusahaan tersebut tentunya memerlukan karyawan yang bahkan tidak sedikit jumlahnya. Nah, untuk menjamin kesehatan dan keselamatan para pekerjanya, banyak perusahaan menggunakan jasa OHN.
3. Perawat spesialis Enterpreneur
apa hubungannya? mungkin teman-teman bakal bertanya. Namun tidak menutup kemungkinan perawat juga punya jiwa berwirausaha.

4. Perawat Pendidik
semakin banyak kebutuhan akan perawat, maka semakin banyak pula bermunculan institusi keperawatan yang nantinya akan menelurkan perawat-perawat muda. Jadi, siap-siap saja bagi yang ingin menjadi pengajar/ pendidik.

5. Perawat Advokat
dewasa ini, banyak oknum-oknum yang memanfaatkan beban tugas dan tanggungjawab seorang perawat terhadap pasien untuk dijadikan kasus. untuk itu, sekiranya sangatlah perlu seorang perawat advokat melindungi profesi keperawatan dan kliennya dengan memahami hak dan tanggung jawab pemberi dan penerima jasa layanan keperawatan tersebut.

6. Perawat Peneliti
perawat peneliti sangat dihargai di berbagai negara. jadi, jika teman-teman ingin berkeliling dunia, lakukanlah dengan penelitian.
7. Perawat Politikus
mungkin agak ganjil kedengarannya. namun tidak menutup kemungkinan seorang perawat cakap dalam berpolitik. Beberapa kader partai besar, anggota DPR, dan lain-lain mempunyai latar belakang sebagai perawat. jadi, kenapa tidak dengan Anda?

8. Perawat Konsultan Kesehatan
Nah, ini mungkin yang paling gampang dilakukan. namun perlu pengetahuan mendalam dalam memahami kasus dan asuhan keperawatannya, agar benar-benar bisa disebut sebagai konsultan perawat profesional.

9. Perawat Teregistrasi (RN)
kelebihannya, teman-teman bisa bekerja di negara manapun dengan status Registered Nurse.

10. Perawat Komunitas
11. Perawat Maternitas
12. Perawat Manajer
13. Dll.

nah, itu saja gambaran peluang kerja perawat lainnya selain "hanya" bisa bekerja di RS maupun Puskesmas. Namun, untuk menjadi salah satu perawat diatas, diperlukan pengetahuan, keterampilan dan profesionalitas yang baik. Jadi, sebagai calon perawat, yuk mulai sekarang kita tingkatkan kompetensi kita agar bisa bersaing di dunia global nantinya.
MARI MERAWAT INDONESIA, MARI MENUJU SEHAT


Rakhmat Noviyar
Direktur Jenderal Komunikasi dan Informasi
Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia

Sabtu, 17 Maret 2012

Jadi Perawat? Ogah ah..!!

Jadi Perawat? Ogah ah..!! (Sebuah renungan)

Oleh :
Siswanto M. Muhammad
(Ketua Umum INNA-Kuwait)

Ada suatu fenomena yang menarik dalam “Ruang Keperawatan Indonesia”, Judul diatas adalah sebuah jawaban yang sering akan kita dapatkan ketika pertanyaan itu akan kita tanyakan kepada masyarakat secara umum.

Mereka akan dengan bangganya menyampaikan jawaban : “YA” ketika mereka diberi tawaran untuk melanjutkan study pada peminatan yang masih di anggap berada pada level yang tinggi di kalangan masayarakat Indonesia seperti : (ekonomi, tekhnik, hukum, kedokteran dsb). Tapi mereka akan dengan cepat menggelengkan kepala dengan jawaban ÖGAH-AH” ketika mereka ditanya tentang kesempatan untuk melanjutkan di peminatan “KEPERAWATAN".

Hal ini terjadi karena adanya suatu pemahaman yang salah dan keliru tentang “Perawat dan Keperawatan” di lingkup masyarakat Indonesia secara umum sehingga mengakibatkan perilaku tidak tertarik untuk menekuni apalagi memilih profesi perawat.

Yang lebih menarik lagi, ketika seorang mahasiswa keperawatan telah memulai suatu proses pembelajaran, ada perasaan penyesalan “Terbersit” dalam hati mereka karena persepsi yang salah tentang profesi “Perawat” itu sendiri. Persepsi keliru itu terjadi karena kesalahan informasi yang mereka terima dan kenyataan di lapangan .

Menyesalkah mereka telah memilih Perawat sebagai profesi mereka? Kalau pertanyaan itu ditanyakan kepada mereka maka dengan tersipu malu mereka akan memberikan jawab : “YA” saya menyesal……..

Mengapa?

Tentu karena ada suatu kesenjangan antara harapan dan kenyataan awal yang mereka dapatkan, padahal itu semua terjadi karena mis-interprestasi terhadap “Profesi Perawat” yang akan mereka jalani.

Kondisi ini sangat berbanding terbalik dengan negara-negara yang secara umum masyarakatnya sudah memahami benar dan tahu persis apa dan bagaimana serta kesempatan apa saja yang akan mereka dapatkan kalau menjadi “Perawat” seperti : Philipines, India, dsb.

Di Negara-negara tersebut bahkan seorang dokter spcialist, arsitek, pengacara, ahli komputer, mereka akan rela meninggalkan profesinya demi untuk jadi seorang perawat karena mereka yakin dengan menjadi perawat mereka akan dapat hidup dengan layak dan dapat bekerja di Negara manapun yang mereka inginkan.

Sekedar untuk berbagi informasi saya punya kawan Perawat yang berasal dari Philipines dan bekerja satu rumah sakit di Kuwait dia mantan seorang dokter specialis kebidanan di Phlipines dan yang bersangkutan rela meningggalkan profesinya dan kuliah sebagai perawat karena mereka menyadari benar dengan menjadi seorang Perawat yang bersangkutan dapat memiliki kesempatan untuk bekerja di Negara manapun dia inginkan. Dan itu hanya salah satu contoh, masih banyak cerita yang sama yang saya tidak bisa utarakan satu persatu di tulisan saya ini.

Ada beberapa hal yang segera harus kita lakukan agar reputasi dan persepsi masyarakat terhadap perawat semakin positif antara lain :

1. Melakukan distribusi informasi kepada seluruh masyarakat

Sumber informasi seperti televisi, media massa, radio dan sarana sumber informasi lainya belum menjadi alat yang di optimalkan oleh seluruh Perawat Indonesia dalam semua sektor.

Masih sangat jarang kita temui tulisan-tulisan tentang keperawatan masuk dalam Head line News Surat kabar nasional baik yang bersifat berita, informasi dsb. Hal ini harusnya mulai disikapi dengan bijaksana terutama oleh para Ahli Keperawatan yang harusnya sudah mulai rajin menulis dan memberikan pembelajaran kepada masyarakat tentang profesi keperawatan dan peran sertanya. Bila semakin banyak para Pakar dan ahli keperawatan yang meluangkan waktu untuk membuat tulisan-tulisan dalam media seperti : Surat Kabar, internet, Televisi, radio, pasti ini akan sangat mendukung kampanye nasional penyebaran informasi positif tentang keperawatan sehingga masayarakat paham tentang perawat dan keperawatan.

Kalangan intelektual keperawatan (seperti : Mahasiswa, dosen, parktisi) juga harus mampu bersaing dan tidak terkesan “GAPTEK (gagap tekhnologi)” sehingga kita akan semakin bisa berkiprah dalam segala aspek kehidupan bermasayarakat baik secara Politik, Ekonomi, Sosial ataupun dimensi kehidupan bermasayarakat lainnya.

Pepatah “Tak Kenal maka Tak Sayang” tentu masih sangat relevan dengan kondisi ini.

2. Memotivasi secara Psikologis kepada Mahasiswa Keperawatan

Ada pekerjaan rumah yang besar bagi para perawat yang bekerja di sektor pendidikan (sebagai dosen) bahwa kewajiban mereka bukan hanya menyampaikan materi sesuai capain kurikulum tapi juga memiliki tugas berat dalam rangak membangun keyakinan hidup dan optimisme profesi bagi calon Perawat bahwa mereka dapat hidup lebih mapan secara ekonomi bahkan dibanding dengan profesi lain kalau mereka benar-benar menjadi perawat yang professional.

Perlu di tumbuhkan keyakinan pada seluruh mahasiswa di semua program keperawatan bahwa dengan menjadi seorang Perawat kita akan mampu menjelajah dan bekerja diseluruh dunia yang mungkin akan sangat sulit diperoleh oleh profesi lain seperti : Dokter, Arsitek, pengacara, dsb.

3. Menghentikan segala kegiatan Malpraktek

Seluruh Perawat harus secepatnya menyadari bahwa cakupan dan kewenagan pekerjaan seorang Perawat sangat berbeda dengan dokter, sehingga tidak ada lagi Perawat yang melakukan Praktek Pelayanan Kedokteran. Dalam hal ini organisasi profesi seperti PPNI tentu harus memiliki kontribusi yang lebih konkrit dalam menciptakan aturan dan perundang-undangan dalam rangka menciptakan situasi yang kondusif. Hal ini sangat penting dalam rangka pembelajaran kepada masyarakat bahwa Perawat adalah profesi yang terpisah dan berbeda dari seorang dokter dan memiliki batasan kewenangan yang berbeda. Perawat juga bukan pembantu (asisten) dokter tapi Mitra dalam arti kesetaraan dalam segala aspek.

4. Menciptakan iklim Persaingan dan Penyampain Peluang Pekerjaan

Pearawat tidak seharusnya berkecil hati dengan takut tidak mendapatkan pekerjaan yang layak dan hanya menggantungkan bahwa kesempatan dan peluang kerja pada satu kesempatan (banyak perawat kita yang hanya berharap untuk bisa jadi pegawai negeri sipil).

Padahal kalau kita menyadari sebenarnya banyak sekali kesempatan dan tawaran kerja di luar negeri seperti :
a. USA
b. Canada
c. United Kingdom (Inggris)
d. Kuwait
e. Saudi Arabia
f. Australia
g. New Zaeland
h. Malaysia
i. Qatar
j. Oman
k. UEA
l. Jepang
m. German
n. Belanda
o. Swiss

Di Negara-negara tersebut gaji perawat bisa 5-30 kali lipat gaji pegawai Negeri di Negara Indonesia, tentu tidak mudah untuk bisa mencapai itu semuanya tapi bukan sesuatu yang sulit untuk dicapai kalu kita telah mempersiapkan sejak kita masih di bangku kuliah. Untuk bisa bekerja di negara-negara tersebut kita harus melalui beberapa test seperti : NCLEX-RN, IELTS, CGFNS (akan saya bahas dalam tulisan saya selanjutnya)

Apa persiapan-persiapan yang harus kita lakukan untuk dapat mencapai itu semuanya (akan saya bahas dalam tulisan saya berikutnya).

Ketika kwalitas SDM keperawatan sudah meningkat dan berada dalam standardisasi kualitas internasional (Cakap secara teori dan praktek) dan mampu berbahasa internasional seperti (English dan atau Arabic) maka bukan lagi Perawat yang akan mencari pekerjaan tapi Rumah sakit yang akan mencari mereka. Itulah saatnya bicara “Selamat Tinggal dan Good Bye” pada rumah sakit atau pemilik lapangan pekerjaan yang menggaji perawat dengan stnadar gaji yang rendah. Bila ditinjau dari hukum Ekonomi kalau kondisi itu sudah tercipta dengan sendirinya tidak akan ada Rumah sakit atau lapangan pekerjaan yang akan menggaji perawat dengan semau-maunya, tidak akan adalagi profesi yang memandang rendah perawat.

Bagaimana…? Masih meyesal menjadi Perawat…Jawabanya tentu sangat tergantung pada posisi mana anda sekarang. Tapi kalau pertanyaan itu di tanyakan kapada saya, saya akan menjawab dengan lantang dan tegas : TIDAK, Saya sangat bangga dan bersyukur telah dilahirkan untuk menjadi seorang Perawat. Idealnya seluruh Perawat Indonesia juga akan memberikan jawaban yang sama.

Ada sebuah realita yang menarik yang mungkin akan bisa membangkitkan semangat kita semua : bahwa seorang perawat akan bisa memiliki keahlian apapun tanpa ada batas pengahalang dan bisa berkecimpung dalam keahlian lain .

Perawat bisa jadi ahli Komputer, Entrepreneur, Penulis, Politikus sekalipun tanpa hambatan apapun. Tapi coba kondisi ini di balik : bisakah ahli computer, penulis, politikus, Ekonom, melakuakn praktek keperawatan, Jelas tidak bisa karena keahlian keperawatan harus dengan keahlian yang spesifik.

Bagaimana…Banggakah anda menjadi Perawat???

#nationalnurseday
 
MARI MERAWAT INDONESIA, MARI MENUJU SEHAT

hari perawat nasional?? kapan yaa???

Mahasiswa 1 : "Kamu tahu nggak Hari Perawat Internasional itu tanggal berapa?"
Mahasiswa 2 : "Tahu, tanggal 12 Mei kan?"
Mahasiswa 1 : "Kalo Hari  Perawat Nasional?
Mahasiswa 2 : "haahh?? Emang ada ya? Kok aku baru tahu ya???"

 Itu sepenggal percakapan yang iseng saya dengarkan beberapa hari yang lalu antara mahasiswa keperawatan. Ternyata hampir semua tidak bisa menjawab. Kok bisa? Padahal mereka kan merupakan salah satu elemen keperawatan juga? Para calon perawat?

Pertanyaan tersebut di atas kemudian saya tanyakan kepada perawat yang telah bekerja di salah satu Puskesmas di Jogja. Ternyata semakin mencengangkan saja! Perawat yang sudah bekerja bahkan tidak tahu kapan Hari Perawat Internasional! Apalagi yang skalanya nasional! Dimana letak salahnya?
 Yah, itulah fenomena yang terjadi di dunia keperawatan kita ini. Terlalu banyak permasalahan dan tanggung jawab yang kita emban sehingga hal seperti itu sudah hampir tak ada waktu lagi untuk memikirkannya.

Hari Perawat Nasional yang ditetapkan setiap Tanggal 17 Maret adalah hari lahirnya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). PPNI lahir pada tanggal 17 Maret 1974, sebagai hasil dari kumpulan perawat-perawat yang menginginkan adanya wadah nasional yang nantinya akan menaungi profesi keperawatan itu sendiri. PPNI hadir sebagai organisasi yang bertujuan untuk mengatur, mengembangkan dan meningkatkan praktik keperawatan yang aman, kompeten, berkualitas dan profesional bagi masyarakat Indonesia.

Kembali ke pertanyaan semula. Lalu, kenapa banyak sekali elemen keperawatan yang tidak mengetahui Hari Perawat Nasional ini? Sebagian menyatakan terlalu sibuk dengan tugas dan tanggung jawabnya sehingga tidak pernah sempat memikirkan Hari peringatan profesinya sendiri. Sebagian lagi menjawab, tidak pernah ada informasi yang diberikan kepada perawat. Ada pula yang mengatakan, tidak pernah ada kegiatan-kegiatan besar yang memperkenalkan hari perawat nasional ini. Dan berbagai macam jawaban lain yang memang bisa dimaklumi alasannya. Intinya, kemana PPNI dan elemen-elemen keperawatan yang lain semisal institusi keperawatan dan yang bertanggung jawab mensosialisasikannya?

Nah, sebenarnya letak kesalahannya adalah, kurang informasi, serta kurang kemauan untuk mencari informasi itu sendiri. Seharusnya, PPNI di pusat bisa memegang media sebagai alat sosialisasi yang efektif menyebarluaskan hal ini. Institusi keperawatan menyediakan informasi tentang Hari Keperawatan Nasional kepada para mahasiswanya yang nantinya juga akan menjadi bagian dari perawat, serta penyedia layanan kesehatan yang menggunakan jasa perawat, semestinya mengadakan dan memeriahkan momen peringatan ini, serta semua elemen keperawatan lain dengan kegiatan lain sesuai bidangnya masing-masing.

Tak hanya memperingati saja, namun kita benar-benar harus memahami makna peringatan tersebut. Karena di Hari Perawat ini, kita bisa mengevaluasi sudah sejauh mana peran perawat dalam membangun dan menyehatkan bangsa, sejauh mana pula kompetensi kita, kualitas pelayanan kita, dan keprofesionalan kita dalam menyediakan pelayanan keperawatan yang benar-benar komprrehensif bagi masyarakat Indonesia.

Akhirnya, semoga di usianya yang ke 38 tahun dari PPNI, semakin baik dalam menaungi semua perawat Indonesia.

MARI MERAWAT INDONESIA, MARI MENUJU SEHAT



Rakhmat Noviyar
Direktur Jenderal KOMINFO ILMIKI


Kamis, 15 Maret 2012

Pengurus Harian nasional ILMIKI












Hasil Silaturrahmi ILMIKI dengan KEMENKES

NOTULENSI
PERTEMUAN ILMIKI BERSAMA KEMENKES
Senin, 05 Maret 2012 di Kantor Menteri Kesehatan, Jakarta

Senin, 05 Maret 2011 6 orang perwakilan ILMIKI atas nama Ariska Juniar Arlan Unpad selaku Sekjen ILMIKI, Eko Unsoed selaku Dirjen Kastrad ILMIKI, Nahla UI dan Azka Undip selaku Wadirjen Kastrad ILMIKI, Sinta Dwi O Unpad selaku Koor.TP ILMIKI, Nurdiansyah UIN Jakarta selaku anggota ILMIKI pergi ke kantor Kementrian Kesehatan bermaksud untuk bersilaturahim dengan Kemenkes RI dan mengadakan audiensi langsung terkait pengesahan RUU Keperawatan
Pukul. 14.00 kami sudah mengadakan janji dengan kemenkes untuk bisa bertemu beliau, pertama kami disambut oleh Bu Suharyuti selaku Direktur Perawat dalam Badan Upaya Kesehatan Masyarakat. Sebelum bertemu Kemenkes kami diberikan arahan dalam menyampaikan pendapat maupun aspirasi kami di dalam. Lalu langsung saja kami dibawa ke ruangan meeting dan bertemu dengan bu kemenkes.
Bu Menkes memberikan sambutan hangat dan ucapan selamat datang kepada kami, lalu beliau memperkenalkan Pak Bambang selaku , Bu Suharyuti selaku direktur perawat, dan prof, Budi mereka inillah yang konsen dalam pembhasan RUU Keperawatan di Kemenkes. Sekjen ILMIKI pun memberikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya karena sudah diizinkan untuk bersilaturahmi dan menyampaikan maksud tujuan datang ke menkes yang pertama ingin bersilturahim dan memperkenalkan ILMIKI kepada bu kemenkes, kedua ingin mengetahui lebih jauh mengenai pandangan kemenkes tentang RUU Keperwatan dan perbndingannya dengan RUU Tenaga Kesehatan, yang keempat mengajukan proposal keiatan IND (International Nurses Day) yang akan di peringati pada tanggal 12 Mei 2012.
Selesai menyampaikan maksud dan tujuan langsung saja Eko Unsoed memberikan sebuah pertanyaan tetapi sebelumnya ILMIKI memberikan apresiasi terlebih dahulu terhdap program-program peningkatan mutu kesehatan dari kemenkes untuk masyarakat dan pertanyaannya adalah bagaimana program kementrian kesehatan terhadap profesi kesehatan khusunya perawat, dan bagaiman kelanjutan dari perkesmas yang kami anggap bahwa program itu sangat bagus sekali untuk direalisasikan?
Sebelum menjawab pertanyaan Bu Endang menanggapi terlebih dahulu maksud dan tujuan ILMIKI datang kemari dan beliau memberikan saran dalam memperingati IND cobalah untuk memberikan pengabdian kemasyarakat dengan cara yang lebih diinovasikan, pemeriksaan gratis sepertinya sudah sangat biasa, buat sesuatu yg lebih mengkhususkan contohnya pemberian refleksi, operasi katarak, dll. Lalu Bu Endang langsung memberikan kesempatan kepada bu suharyuti untuk menanggapi masalah Perkesmas. Bu Suharyuti lalu menjawab bahwasanya revitalisasi untuk puskesmassedang diberdayakan. Dan pihak Eselon 2 dan 3 di kementrian kesehatan sedang mengupayakan 7 upaya wajib dalam menjalankan fungsi puskesmas dan perkesma berada di dalamnya. Di daerah pun sudah mulai di dorong untuk mengaplikasikan perkesmas karena hal ini sangatlah bermanfaat dan hasil penelitian mengatakan bahwa sudah 58% di daerah pedesaan sudah mengiimplementasikannya. Bu Endang menambahkan bahwa untuk perkesmas ini sudah dialokasikan dananya dari BOK (Bantuan Operasioanl Kesehatan). Dan nantinya sudah direncanakan perkesmas ini akan di fasilitasi menggunakan pesawat yang akan ditinggal di suatu daerah contoh di Papua atau Maluku, lalu selama 6 bulan akan di tinggalkan disana unuk membantu masyarakat dalam meningkatkan mutu kesehatan. Perkesmas ini juga nantinya akan konsen terhadap anak-anak kurang gizi, penyakit tidak menular, bimbingan naik haji, dll.
Pertanyaan kedua dari Nahla UI. Bagaimana arahan untuk tenaga kesehatan khusunya perawat dan bagaimana tanggapan kemenkes mengenai RUU Keperawatan khusunya dalam segi pendidikan dan praktik keperawatan?
Bu Endang langsung memberikan kesempatan kepada Prof.Budi untuk menjawab pertanyaan. Menurut Prof.Budi RUU Keperawatan maupun RUU Tenaga Kesehatan dua-duanya memiliki kepentingn yang sama untuk memajukan pelayanan dan mutu kesehatan masyarakat bagi kemenkes dua-duanya tidak ada masalah asalkan keduanya tidak bertentangan untuk RUU Tenaga Kesehatan kementrian kesehatan mengajukan ini agar ada regulasi besar yang memayungi seluruh profesi kseshatan dan mengatur intreprofesional di dalamnya dan silahkan untuk RUU Keperawatan mengatur secara detail yang berhubungan dengan perawat itu sendiri, jadi memang tidak ada masalah dari kementrian kesehatan malahan ini bagus sekali agar semuanya diatur secara jelas. Untuk masalah praktik mandiri keperawatan ini sudah ditemukan di Bandung ada sekelomok perawata yang membuka praktik mandiri tapi di dalamnya memang pure melakukan tindakan keperawatan dan bersifat holistic ini juga gambaran praktik mandiri perawat seperti ini dan ini sangat bagus sekali. Untuk maslah pendidikan ini sangat banyak sekali PR yang harus dikerjakan. Contohnya mengenai specialisasi saja itu perlu dibenahi, jika di luar negeri mulai pengelompokan itu sudah diarahkan dari awal. Jadi memang pendidikan harus dibenahi bersama.
Dr. Bambang juga mencoba untuk menambahkan, berbicara tenaga kesehatan kita dapat membagi kedalam 3 masalah yang crusial di Indonesia:
1. Mutu
2. Jenis dan jumlahnya
3. Ditribusi/penyebarannya
Untuk meningktakan mutu tenaga kesehatan pemerintah sudah mengeluarkan UU. No. 36 dan untuk meningkatkan mutu setiap profesinya itu di atur oleh organisasi profesi itu sendiri yang nantinya akan menghasilkan standard kompetensi. Tiba-tiba datang doker dengan UU nya. Uji kompetensi itu harus ada untuk menetapkan standard kompetensi setiap profesi. Yang mengatur registrasi tenaga keshatan yaitu MTKI dan MTKPI untuk di daerah yang bertuga melakukan registrasi seluruh tenaga kesehatan kecuali dokter/dokter gigi dan farmasi. Jadi untuk RUU TK itu menjadi regulasi yang besar menjadi payung hukum seluruh tenaga kesehatan dan silahkan untuk setiap profesinya di atur oleh profesinya masing-masing.
Pertanyaan ketiga oleh Azka Undip maksudnya bagaiman kemenkes menginginkan paying hokum yang besar? Lalu bagaimana mengenai permasalaha specialis tolong dijelaskan lagi secara tekhnis.
Bu Endang menjawab, intinya untuk masalah paying hokum itu yang penti RUU TK dan RUU keperawatan tidak bertentangan selesai tidak ada masalah. Prof. Budi menambahkan untuk masalah spesialisasi kita membuthkan waktu 8 tahun menuju kesana. Ini masih wacana saja bahwa kami menginginkan adanya percepatan untuk spesialisasi karena jika terlalu lama pun melihat kebutuhan masyarakat itu harus sangat dipertimbangkan dan di luar negeri pun seperti itu. Tapi al ini baru wacana saja jangan terlalu dipikirkan terlebih dahulu. Dr. Bambang menambahkan, sebenarnya ada leveling yang memberikan gradiasi bagi sebuah profesi. Ini pun ada dilampiran PerPres No.8. Contoh kasus:
- Perawatan D3 yang telah mengikuti kursus ini itu dan merasa telah mampu melakukan hal yang bersifat spesialis nantinya aka nada ujia RPL yaitu ujian penyamarataan stingkat dengan spesialis dan tentunya harus lulus dulu baru mendapatkan ijazah yang diakui legalitasnya.
- Di Jepang itu tidak ada dokter umum tapi langsung dokter khusus/spesialis yang menangani suatu kasus sesuai sengan keahliannya
Bu Endang menambahkan kembali, bahwa memang semua tergantung bagaimana negara itu mengaturnya.
Pertanyaan keempat diajukan oleh Nurdiansyah UIN Jakarta, mengenai institusi pendidikan keperawatan yang begitu merjalela menjadikan sekolah perawat dipertanyakan aspek kompetensinya bagaiman mengenai hal itu? Adanya kesenjangan mengenai S1, D3, SPK ini jadi sebuah permaslahan seakan-akan S1 milik dikti, D3 milik kementirian kesehatan, dan SPK milik kemdikbud, bagaimana?
Dr. Bambang menanggapi, bahwa organisasi profesi terutama keperawatan itu harus memiliki leveling untuk pembagian tugasnya, contoh kalau tidak salah D3 itu berada di level 6, levelnya itu ada 1-9 dan pelevelan ini memang sangat dibutuhkan sekali. Untuk masalah kompetensi yang dipertanyakan setiap PT itu akan di akreditasi oeh BAN PT jika ada instansi yang tidak memiliki akreditasi maka tahu 2012 akan ditutup oleh mendiknas, jika ada PT yang akreditasinya masih dismaratakan maka nantinya akan bermalash pada ukom lulusannya sendiri mungkin akan banyak yg tidak akan lulus ukomnya sehingga lulusannya pun menjadi tidak berkualitas dan ini pastinya tidak akan menjadi pilihan masyarakat dan dengan sendirinya pasti akan bangkrut dan tutup. Hal itu yang baru bisa kami lakukan, sampai kapan? Sampai di ada regulasi yang jelas sampai RUU TK atau RUU Keperawatan disahkan. Juga ada himbauan wacana mengenai LAM yaitu lembaga akreditasi mandiri yang diaman nantinya PT bis melakukan akreditasi sendiri dengan ketentuan yang berlaku. Bu Endang menambahkan, luasnya negara dan kondisi setiap daerah yang heterogen contohnya di papua tidak bisa kita sembarangan menghapuskan jenjang D3 misalnya kit pun harus memikirkan kondisi setiap daerah yang berbeda-beda.
Pertanyaan terakhir, Eko Unsoed, pada bulan April DPR menjanjikan bahwa pemabhasan akan diselesaikan dan nantiya akan langsung dibawa ke kemenkes, bagaimana langkah kongkret bentuk dukungan Bu Endang untuk pengesahan RUU Keperawatan ini kami menginginkan adanya hitam di atas putih ini untuk pembuktian kepada teman-temn yang ada di daerah?
Prof.Budi menanggapi bahwa sebenarnya tidak ada masalah untuk kemenkes pasti mendukung jika itu memang baik untuk rakyat. tapi mungkin yang akan menjadi masalah adalah mengenai konsil keperawatan yang akan sedikit diperdebatkan karena sudah sangat banyak sekali, paling itu yang menjadi pr pemikiran kita.
Bu Endang juga memberikan pesan untuk perawat meningkatkan kompetensi dan proffesionalitasnya bisa belajar dari perawat laur negeri yang sangat cakap dan cepat. Bisa dikatakan bahwa perawat adalah tuan rumah dalam sebuah Rumah Sakit jadi yang bisa menjadiakan nyaman kepada pasien itu perawat. Kita juga bisa belajar ke luar negeri lalu setelah itu bawa ilmunya ke Idonesia dan majukan keperawatan Indonesia.

Created By:
Sinta Dwi Oktaviani UNPAD’10

poster IND 2012


kegiatan IND 2012


deskripsi Umum kegiatan
Nama kegiatan    : Hari Peringatan Perawat Sedunia
Tema Kegiatan    : Closing the Gap : From Evidence to Action
Judul Kegiata      : Merawat Indonesia:Melalui Peningkatan Action berdasarkan Evidence  Based
Waktu                                    : Maret s.d. Mei
Sasaran                                  : Mahasiswa Keperawatan, Perawat, Nakes, Masyarakat, PPNI, Birokrasi
Waktu                                     : Maret-Mei
Tingkat Kegiatan :
·         Institusi
·         Wilayah
·         Nasional

Agenda:


Pengmas Award
Deskrpsi
Diselenggarakannya kegiatan pengabdian masyarakat oleh setiap institusi ke suatu daerah dengan mempertimbangkan kebutuhan masyarakat sekitar. Kegiatan ini akan dilombakan dan diberi penghargaan bagi yang terbaik. Tiap Institusi diwajibkan mengirimkan dokumentasi kegiatan pengabdian masyarakat dalam bentuk video baik berupa slide show atau movie. Kegiatan pengabdian masyarakat diharapkan serempak seluruh Indonesia.
Adapun syaratnya:
  • dilakukan oleh lembaga mahasiswa keperawatan
  • kegiatan merupakan pengabdian masyarakat
  • pengmas yang dilakukan adalah kegiatan 4 bulan terakhir (jumlah hari kegiatan tidak harus lebih dari satu hari)
Ketentuan:
  • mendaftarkan diri ke Sosmas ILMIKI Arif (0857600371350)
  • ada evidence based (alasan kuat) memilih tempat dan jenis pengabdian mayarakat (sesuai kebutuhan masyarakat
  • panjang video 15 menit
  • mengirimkan video pengabdian masyarakat ke phn.ilmiki@yahoo.com paling lambat 11 mei 2012 Pukul 23.59
  • mengupload Video ke Youtube dan share Link di Grup FB Ikatan lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia
  • judul video #merawatIndonesia_Nama Lembaga_Judul Kegiatan
Kriteria Penilaian:
  • ketepatan sasaran pengabdian masyarakat sesuai evidence (kebutuhan Masyarakat) yang dibuktikan dengan data
  • kegiatan yang menarik
  • ke-inovativan pembuatan video
  • voting “like” di FB dan Youtube

Bentuk
Lomba Video Pengabdian Masyarakat

Waktu Kegiatan
1 Maret-11 Mei 2012

Target sasaran
Masyarakat

Output
1.      adanya Bukti nyata pengabdian masyarakat



PILIHAN KEGIATAN-KEGIATAN SOSIAL
Selain mengadakan pengabdian masyarakat terbaik seperti diatas, juga  institusi dapat melakukan kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Contoh: kegiatan donor darah, pemeriksaan kesehatan gratis, atau melakukan tindakan yang terkait program MDGs . Ini disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan dari penyelenggara kegiatan ini baik institusi/ daerah/ wilayah.
Bentuk
Kegiatan Sosial dan Kesehatan bagi masyarakat sekitar

Waktu                         : 1-15 Mei 2012

Target Kegiatan          : Masyarakat Umum, Mahasiswa umum, Mahasiswa keperawatan

Output
·         Menunjukkan peran aktif keperawatan dalam pembangunan kesehatan masyarakat.
·         Berperan aktif dalam mendukung program MDGs
·         Mengaktifkan partisipasi mahasiswa keperawatan di masyarakat


IND in PUBLISH
         Publikasi merupakan salah satu komponen terpenting dalam mengemas suatu isu agar suatu isu dapat tersebar keseluruh target sasaran. Publikasi yang dimakSud adalah kegiatan untuk menyampaikan bahwa tanggal 12 Mei adalah hari keperawatan sedunia. Adapun bentuk publikasi ini sama se-nasional yang terdiri:
·         PIN ”Merawat Indonesia” digunakan oleh seluruh Elemen keperawatan”
·         Spanduk
·         Baliho
·         Stiker
·         leaflet
         Media sosial yang dapat digunakan adalah:
·         status jejaring sosial
·         radio,
·         video
·          film dokumenter mengenai perawat
Kegiatan ini ditujukan kepada mahasiswa, perawat, tenaga kesehatan, birokrat dan seluruh masyarakat. Isi publikasi dapat berupa tema IND, dan tulisan-tulisan yang mencitrakan perawat. Tempat yang dapat menjadi sasaran antara lain institusi pendidikan, instansi pelayanan kesehatan, tempat keramaian, dll yang tidak mengganggu ketertiban.
Bentuk Kegiatan
·         Pemasangan spanduk IND di titik-titik strategis
·         Pembagian leaflet RUU Keperawatan
·         Pembuatan dan penyebaran artikel-artikel keperawatan baik di media massa, atau media kampus
·         Publikasi di salah satu media elektronik
·         Publikasi video Pengabdian Masyarakat
·         Publikasi IND untuk Awareness masyarakat
Waktu
Maret-Mei
Target
Seluruh Elemen Keperawatan dan Masyarakat Umum
Output
·         Munculnya awareness masyarakat tentang peranan keperawatan
·         Terpublikasinya pengabdian social kepada masyarakat
·         Terpublikasinya IND 12 Mei 2011
·         Terpublikasinya isu RUU Keperawatan
·         Terpublikasinya keberadaan keperawatan sebagai sebuah profesi

*Pin, Leaflet, Poster, dan Baliho akan dibuat format yang sama seluruh indonesia. (Segera di publish)


PENCERDASAN MAHASISWA
            Kegiatan untuk meng-up date info-info mengenai gerakan mahasiswa keperawatan. Dan sebagai kegiatan pengkawalan percepatan legislasi RUU Keperawatan. Kegiatan ini bertujuan untuk menyamakan suhu gerakan di seluruh Indonesia, belajar dari pengalaman sebelumnya bahwa masih banyak kalangan sendiri yang masih sangat terbatas dalam pemahamannya mengenai isu-isu yang sedang berkembang. Kegiatan ini dapat berupa diskusi, sharing pemahaman, kongkow bareng dll. Disesuaikan dengan kondisi setempat.

Bentuk
Diskusi/Seminar/Talkshow/Roadshow dikampus-kampus, daerah dan wilayah
Sasaran
Elemen Keperawatan dikampus-kampus, daerah, dan wilayah
Waktu
Januari – April

Output
·         Tersosialisasinya RUU Keperawatan
·         Tersebarnya isu secara massif
·         Terbentuknya pemahaman peserta tentang perjuangan RUU Keperawatan melalui politik hukum sehingga bisa membuat strategi perjuangan untuk menghadapi politik kebijakan yang tidak memihak Terjaganya kontinuitas gerakan

TINGKAT PROVINSI/ WILAYAH
BAKTI SOSIAL NASIONAL
                  Untuk meningkatkan persatuan dan keseatuan antar mahasiswa keperawatan perlu diadakannya suatu kegaitan bersama. Kegiatan bersama tersebut dilakukan di sautu bersama oleh insititusi di wilayah yang sama dan serempak di seluruh indonesia (wilayah I hingga Wilayah VII).
Bentuk
Bakti sosial
Waktu
20 Mei 2012
Output:
·         Persatuan mahasiswa keperawatan antar institusi
·         Meningkatkan citra keperawatan
·         Menjadi solusi atas permasalahan di masyarakat


POTRET PERAWAT
      Potret perawat adalah kegiatan dengan mengambil foto perawat, dimana foto tersebut dapat menceritakan mengenai kehidupan seorang perawat di indonesia. Kegiatan ini dapat menjadi kegiatan perlombaan Wilayah.
      *Aturan Perlombaan Dibuat Oleh Korwil
      Bentuk
      Lomba Potret Perawat yang dipajang pada saat hari H IND
      Waktu
      Maret-April
      Output
·         Ada gambaran peranan keperawatan di masyarakat
·         Timbulnya rasa bangga bagi elemen keperawatan yang melihat


LONGMARCH (JALAN SEHAT)
              Longmarch atau jalan sehat merupakan kegiatan kebersamaan dimana semua elemen turun ke jalan sambil menyebarkan leaflet tentang kesehatan atau melakukan pengabdian masyarakat lainnya. Sehingga perlu dipersiapkan hal-hal yang menunjang kegiatan jalan sehat ini agar menarik dan bermanfaat, seperti leaflet kesehatan,  hadiah jika diperlukan. Sebelum Kegiatan ini bisa juga diadakan senam bersama di alun-alun sekitar sebagai ajang silaturahmi seluruh elemen keperawatan. Kegiatan ini dapat melibatkan PPNI, Institusi pendidikan, tokoh masyarakat, masyarakat umum dan mahasiswa.
      Bentuk
               Jalan santai bersama seluruh elemen keperawatan
      Waktu
       Sabtu, 12 Mei 2012
      Sasaran
      Seluruh Elemen Keperawatan
      Output
·         Silaturahmi seluruh elemen keperawatan
·         Mempersatukan elemen keperawatan
·         Meningkatkan kepercayaan diri seluruh elemen keperawatan


TINGKAT NASIONAL
Silaturahmi ke Kemenkes
            Silaturahmi menjadi suatu agenda yang penting untuk menjalin komunikasi aktif yang baik dengan komunikan. Silaturahmi ini adalah kegiatan audiensi/bincang-bincang mengenai masalah kesehatan. Kegiatan ini juga merupakan kegiatan untuk mempersiapakan masa dimana bulan april RUU Keperawatan akan memasuki babak pembahasan di Kemenkes, setelah selesai proses penyusunan materi di DPR.

Bentuk
Audiensi dengan Menteri Kesehatan
Waktu
Awal April
Sasaran
Menteri Kesehatan
Output
1.      Silaturahmi kepada menteri kesehatan
2.      Sharing mahasiswa keperawatan terkait masalah kesehatan
3.      Sharing mengenai isu Ruu Keperawatan


Penelitian Nasional
Kegiatan ini berbentuk serangkaian penelitian lingkup nasional yang nantinya akan dikoordinasikan langsung dari Pendpel . adapun tema penelitannya adalah          “Gambaran persepsi mahasiswa keperawatan  terhadap ranah kerja perawat lulusan S1 dan D3 di Indonesia”
Bentuk
Penelitian Nasional
Sasaran   
 Mahasiswa keperawatan S1 dan D3 di seluruh Indonesia  dimana
dibutuhkan untuk menjadi sampel penelitian  , selain itu sasaran
dari penelitian ini adalah stake holder
Teknis kegiatan
Teknis kegiatan  dari rangkaian ini adalah sebagai berikut :
a.       Mencari pengampu penelitian yang dapat menaungi secara yuridis (PPNI atau DIKTI)
b.      Mencari literatur dan daftar pustaka ilmiah sebagai acuan penelitian
c.       Menentukan julah sampel yang akan dipakai
d.      Menentukan kuesioner penelitian yang dipakai
e.       Mengupload kuesioner pada media yang bisa di download secara mudah untuk di isi oleh para sampel di seluruh wilayah
f.       Menyebarkan jarkom untuk pengisian kuesioner pada institusi  - institusi di seluruh wilayah
g.      Mengumpulkan data hasil kuesioner dan merekapnya
h.      Membuat analisa data dan hasil
i.        Membuat kesimpulan dan saran
j.        Penjilidan hasil penelitian oleh sekretaris
k.       Publish hasil penelitian pada website , facebook ,dan jaringan –jaringan serta agenda  ILMIKI
Output
·         Adanya gambaran mahasiswa terhadap perbedaan ranah kerja perawat d3 dan s1
Time line kegiatan
Maret - Juni