Jadi Perawat? Ogah ah..!!
Jadi Perawat? Ogah ah..!! (Sebuah renungan)
Oleh :
Siswanto M. Muhammad
(Ketua Umum INNA-Kuwait)
Ada suatu fenomena yang menarik dalam “Ruang Keperawatan Indonesia”,
Judul diatas adalah sebuah jawaban yang sering akan kita dapatkan ketika
pertanyaan itu akan kita tanyakan kepada masyarakat secara umum.
Mereka akan dengan bangganya menyampaikan jawaban : “YA” ketika mereka
diberi tawaran untuk melanjutkan study pada peminatan yang masih di
anggap berada pada level yang tinggi di kalangan masayarakat Indonesia
seperti : (ekonomi, tekhnik, hukum, kedokteran dsb). Tapi mereka akan
dengan cepat menggelengkan kepala dengan jawaban ÖGAH-AH” ketika mereka
ditanya tentang kesempatan untuk melanjutkan di peminatan “KEPERAWATAN".
Hal ini terjadi karena adanya suatu pemahaman yang salah dan keliru
tentang “Perawat dan Keperawatan” di lingkup masyarakat Indonesia secara
umum sehingga mengakibatkan perilaku tidak tertarik untuk menekuni
apalagi memilih profesi perawat.
Yang lebih menarik lagi,
ketika seorang mahasiswa keperawatan telah memulai suatu proses
pembelajaran, ada perasaan penyesalan “Terbersit” dalam hati mereka
karena persepsi yang salah tentang profesi “Perawat” itu sendiri.
Persepsi keliru itu terjadi karena kesalahan informasi yang mereka
terima dan kenyataan di lapangan .
Menyesalkah mereka telah
memilih Perawat sebagai profesi mereka? Kalau pertanyaan itu ditanyakan
kepada mereka maka dengan tersipu malu mereka akan memberikan jawab :
“YA” saya menyesal……..
Mengapa?
Tentu karena ada suatu
kesenjangan antara harapan dan kenyataan awal yang mereka dapatkan,
padahal itu semua terjadi karena mis-interprestasi terhadap “Profesi
Perawat” yang akan mereka jalani.
Kondisi ini sangat berbanding
terbalik dengan negara-negara yang secara umum masyarakatnya sudah
memahami benar dan tahu persis apa dan bagaimana serta kesempatan apa
saja yang akan mereka dapatkan kalau menjadi “Perawat” seperti :
Philipines, India, dsb.
Di Negara-negara tersebut bahkan
seorang dokter spcialist, arsitek, pengacara, ahli komputer, mereka akan
rela meninggalkan profesinya demi untuk jadi seorang perawat karena
mereka yakin dengan menjadi perawat mereka akan dapat hidup dengan layak
dan dapat bekerja di Negara manapun yang mereka inginkan.
Sekedar untuk berbagi informasi saya punya kawan Perawat yang berasal
dari Philipines dan bekerja satu rumah sakit di Kuwait dia mantan
seorang dokter specialis kebidanan di Phlipines dan yang bersangkutan
rela meningggalkan profesinya dan kuliah sebagai perawat karena mereka
menyadari benar dengan menjadi seorang Perawat yang bersangkutan dapat
memiliki kesempatan untuk bekerja di Negara manapun dia inginkan. Dan
itu hanya salah satu contoh, masih banyak cerita yang sama yang saya
tidak bisa utarakan satu persatu di tulisan saya ini.
Ada
beberapa hal yang segera harus kita lakukan agar reputasi dan persepsi
masyarakat terhadap perawat semakin positif antara lain :
1. Melakukan distribusi informasi kepada seluruh masyarakat
Sumber informasi seperti televisi, media massa, radio dan sarana sumber
informasi lainya belum menjadi alat yang di optimalkan oleh seluruh
Perawat Indonesia dalam semua sektor.
Masih sangat jarang kita
temui tulisan-tulisan tentang keperawatan masuk dalam Head line News
Surat kabar nasional baik yang bersifat berita, informasi dsb. Hal ini
harusnya mulai disikapi dengan bijaksana terutama oleh para Ahli
Keperawatan yang harusnya sudah mulai rajin menulis dan memberikan
pembelajaran kepada masyarakat tentang profesi keperawatan dan peran
sertanya. Bila semakin banyak para Pakar dan ahli keperawatan yang
meluangkan waktu untuk membuat tulisan-tulisan dalam media seperti :
Surat Kabar, internet, Televisi, radio, pasti ini akan sangat mendukung
kampanye nasional penyebaran informasi positif tentang keperawatan
sehingga masayarakat paham tentang perawat dan keperawatan.
Kalangan intelektual keperawatan (seperti : Mahasiswa, dosen, parktisi)
juga harus mampu bersaing dan tidak terkesan “GAPTEK (gagap tekhnologi)”
sehingga kita akan semakin bisa berkiprah dalam segala aspek kehidupan
bermasayarakat baik secara Politik, Ekonomi, Sosial ataupun dimensi
kehidupan bermasayarakat lainnya.
Pepatah “Tak Kenal maka Tak Sayang” tentu masih sangat relevan dengan kondisi ini.
2. Memotivasi secara Psikologis kepada Mahasiswa Keperawatan
Ada pekerjaan rumah yang besar bagi para perawat yang bekerja di sektor
pendidikan (sebagai dosen) bahwa kewajiban mereka bukan hanya
menyampaikan materi sesuai capain kurikulum tapi juga memiliki tugas
berat dalam rangak membangun keyakinan hidup dan optimisme profesi bagi
calon Perawat bahwa mereka dapat hidup lebih mapan secara ekonomi bahkan
dibanding dengan profesi lain kalau mereka benar-benar menjadi perawat
yang professional.
Perlu di tumbuhkan keyakinan pada seluruh
mahasiswa di semua program keperawatan bahwa dengan menjadi seorang
Perawat kita akan mampu menjelajah dan bekerja diseluruh dunia yang
mungkin akan sangat sulit diperoleh oleh profesi lain seperti : Dokter,
Arsitek, pengacara, dsb.
3. Menghentikan segala kegiatan Malpraktek
Seluruh Perawat harus secepatnya menyadari bahwa cakupan dan kewenagan
pekerjaan seorang Perawat sangat berbeda dengan dokter, sehingga tidak
ada lagi Perawat yang melakukan Praktek Pelayanan Kedokteran. Dalam hal
ini organisasi profesi seperti PPNI tentu harus memiliki kontribusi yang
lebih konkrit dalam menciptakan aturan dan perundang-undangan dalam
rangka menciptakan situasi yang kondusif. Hal ini sangat penting dalam
rangka pembelajaran kepada masyarakat bahwa Perawat adalah profesi yang
terpisah dan berbeda dari seorang dokter dan memiliki batasan kewenangan
yang berbeda. Perawat juga bukan pembantu (asisten) dokter tapi Mitra
dalam arti kesetaraan dalam segala aspek.
4. Menciptakan iklim Persaingan dan Penyampain Peluang Pekerjaan
Pearawat tidak seharusnya berkecil hati dengan takut tidak mendapatkan
pekerjaan yang layak dan hanya menggantungkan bahwa kesempatan dan
peluang kerja pada satu kesempatan (banyak perawat kita yang hanya
berharap untuk bisa jadi pegawai negeri sipil).
Padahal kalau kita menyadari sebenarnya banyak sekali kesempatan dan tawaran kerja di luar negeri seperti :
a. USA
b. Canada
c. United Kingdom (Inggris)
d. Kuwait
e. Saudi Arabia
f. Australia
g. New Zaeland
h. Malaysia
i. Qatar
j. Oman
k. UEA
l. Jepang
m. German
n. Belanda
o. Swiss
Di Negara-negara tersebut gaji perawat bisa 5-30 kali lipat gaji
pegawai Negeri di Negara Indonesia, tentu tidak mudah untuk bisa
mencapai itu semuanya tapi bukan sesuatu yang sulit untuk dicapai kalu
kita telah mempersiapkan sejak kita masih di bangku kuliah. Untuk bisa
bekerja di negara-negara tersebut kita harus melalui beberapa test
seperti : NCLEX-RN, IELTS, CGFNS (akan saya bahas dalam tulisan saya
selanjutnya)
Apa persiapan-persiapan yang harus kita lakukan
untuk dapat mencapai itu semuanya (akan saya bahas dalam tulisan saya
berikutnya).
Ketika kwalitas SDM keperawatan sudah meningkat
dan berada dalam standardisasi kualitas internasional (Cakap secara
teori dan praktek) dan mampu berbahasa internasional seperti (English
dan atau Arabic) maka bukan lagi Perawat yang akan mencari pekerjaan
tapi Rumah sakit yang akan mencari mereka. Itulah saatnya bicara
“Selamat Tinggal dan Good Bye” pada rumah sakit atau pemilik lapangan
pekerjaan yang menggaji perawat dengan stnadar gaji yang rendah. Bila
ditinjau dari hukum Ekonomi kalau kondisi itu sudah tercipta dengan
sendirinya tidak akan ada Rumah sakit atau lapangan pekerjaan yang akan
menggaji perawat dengan semau-maunya, tidak akan adalagi profesi yang
memandang rendah perawat.
Bagaimana…? Masih meyesal menjadi
Perawat…Jawabanya tentu sangat tergantung pada posisi mana anda
sekarang. Tapi kalau pertanyaan itu di tanyakan kapada saya, saya akan
menjawab dengan lantang dan tegas : TIDAK, Saya sangat bangga dan
bersyukur telah dilahirkan untuk menjadi seorang Perawat. Idealnya
seluruh Perawat Indonesia juga akan memberikan jawaban yang sama.
Ada sebuah realita yang menarik yang mungkin akan bisa membangkitkan
semangat kita semua : bahwa seorang perawat akan bisa memiliki keahlian
apapun tanpa ada batas pengahalang dan bisa berkecimpung dalam keahlian
lain .
Perawat bisa jadi ahli Komputer, Entrepreneur, Penulis,
Politikus sekalipun tanpa hambatan apapun. Tapi coba kondisi ini di
balik : bisakah ahli computer, penulis, politikus, Ekonom, melakuakn
praktek keperawatan, Jelas tidak bisa karena keahlian keperawatan harus
dengan keahlian yang spesifik.
Bagaimana…Banggakah anda menjadi Perawat???
#nationalnurseday
MARI MERAWAT INDONESIA, MARI MENUJU SEHAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar